Senin, 02 Desember 2013

GLOBALISASI BUDAYA

Oleh : Drs. Fahrul Rizal, M.Si
(Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN SU, 
Saat ini sedang Menyelesaikan Studi Program S3 di Pps IAIN SU)


Pengertian
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Sesuatu dapat dikatakan telah membudaya jika telah dilakukan oleh orang banyak dan dilakukan secara berulang-ulang.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

Pendukung Globalisasi budaya
Cepat atau lambatnya terjadinya globalisasi kebudayaan, jika merujuk pada teori difusi inovasi Evert Rogers ada empat faktor :
1.  Inovasi;
Yaitu  gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
Rogers (1983, 165) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
a) keunggulan relatif (relative advantage),
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.Contoh : Dalam pembelian handphone, pengguna handphone akan mencari handphone yang lebih baik dari yang ia gunakan sebelumnya. Misalnya dari penggunaan Nokia N97 berganti ke Blackberry.

b) kompatibilitas (compatibility),
Kompatibilitas adalah derajat dimana budaya baru yang dibawa dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu budaya asing  tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka budaya  itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan budaya  yang sesuai (compatible).
Contoh : Dalam suku Badui dalam terdapat aturan untuk tidak menggunakan teknologi dari luar, sehingga bentuk inovasi seperti alat-elektronik tidak mereka adopsi karena tidak sesuai dengan norma sosial yang mereka miliki

c) kerumitan (complexity),
Kerumitan adalah derajat dimana suatu produk budaya  dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa produk budaya  tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Contoh : Masyarakat pengguna PC atau notebook terbiasa dengan penggunaan Windows yang lebih mudah dibandingkan Linux, walaupun Linux memiliki kelebihan dibandingkan Windows tetapi karena penggunaannya lebih rumit masih sedikit orang yang menggunakan Linux

d) kemampuan diuji cobakan (trialability)
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu produk budaya  dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Contoh : Produk Molto Ultra Sekali Bilas cepat diterima masyarakat karena secara langsung dapat dibandingkan dengan produk-produk sejenis lainnya.

e) kemampuan diamati (observability).
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu produk budaya dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu produk budaya, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan produk budaya tersebut dapat diadopsi.

2.  Saluran komunikasi;
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh:

a) partisipan komunikasi
Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses globalisasi budaya. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.

b) saluran komunikasi.
Saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter);
4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

3.  Jangka waktu;
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal :
(a) proses pengambilan keputusan inovasi,
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi,
(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem social (seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu).

4.  Sistem sosial
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).
Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.
Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentan) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik strukstur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.

Jenis Globalisasi Budaya
Jalaluddin Rakhmat menyebutkan ada 3 jenis produk budaya populer yang mengglobal, yaitu :
Food (makanan). Orang tidak lagi hanya memakan makanan yang bersumber dari di daerah atau negaranya. Berbagai jenis makanan yang berasal dari luar, dapat dinikmati oleh seseorang di suatu negara. KFC asal Amerika, kebab asal Arab, dimsum asal China dengan mudahnya dinikmati oleh penduduk  kota Medan.
Globalisasi makanan pada satu sisi akan memanjakan para penikmat kuliner. Tapi pada sisi lain akan merisaukan umat Islam. Karena produk makanan yang telah mengglobal yang bersumber dari negara-negara bukan Islam sangat memungkinkan tidak memenuhi persyaratan makanaan bagi umat Islam.
 Fashion (mode). Saat ini ada kota-kota di dunia yang menjadi penentu trend busana dunia. Penyebaran mode pakaian, sepatu, tas dan lainnya didukung dengan saluran komunikasi yang mendunia pula. Majalah mode dari Prancis Elle misalnya, telah menjadi langganan banyak wanita asal Kwait dan Arab.  Demikian juga dengan jaringan televisi CNN yang disaksikan oleh pemirsa di seluruh dunia yang menyiarkan trend mode di New York, Tokyo, Milan dan kota-kota mode lainnya.
Bagi umat Islam globalisasi mode ini menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi muslimah. Pada satu sisi akan memperkaya khasanah mode, pada sisi lain busa yang menjadi trend selalunya tidak memenuhi syarat menutup aurat yang diwajibkan dalam Islam.
Fun (hiburan). Dunia hiburan saat ini telah menjadi bisnis internasional. Film-film produksi Holiwood, tayangan di youtube kini ditonton hampir di seluruh dunia. Game on line juga dimainkan oleh anak-anak dari berbagai belahan dunia, dan banyak lagi jenis hiburan yang telah mendunia.
Seiring dengan semakin kerasnya arus globalisasi budaya, ternyata juga membawa arus glokalisasi. Yaitu produk budaya luar yang dimodifikasi  dengan khas lokal. Pada sisi makanan, kita dapat menikmati Marelan Fried Chiken, Bakso Solo, sushi khas Indonesia, atau tempe khas Jepang, reok gaya Malaysia dan lainnya.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
  • Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
  • Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
  • Berkembangnya turisme dan pariwisata.
  • Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
  • Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
  • Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
  • Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
  • Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa
Dampak globalisasi
Dampak positif globalisasi antara lain:
  • Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
  • Mudah melakukan komunikasi
  • Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
  • Menumbuhkan sikap toleran
  • Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
  • Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif globalisasi antara lain:
  • Informasi yang tidak tersaring
  • Perilaku konsumtif
  • Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
  • Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
  • Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
Menurut Hanners (dalam Sztompka), globalisasi budaya akan menimbulkan empat kemungkinan:
Pertama, hegemonisasi budaya barat. Seluruh dunia akan menjadi copypaste gaya hidup, ppola konsumsi, nilai dan norma serta gagasan serta keyakinan masyarakat barat. Dalam keadaan seperti ini secara budaya lokal akan tergusur.
Ke dua, Kejenuhan. Secara perlahan masyarakat pinggiran akan menyerap budaya barat, yang pada generasi tertentu budaya lokal akan lenyap.
Ke tiga, kerusakan budaya pribumi dan kerusakan budaya barat yang diterima. Budaya barat yang diterima hanyalah budaya murahan. Penyebabnya adalah masyarakat pribumi belum siap untuk menerima budaya barat yang canggih, sementara selera mereka masih rendahan. Mislanya membeli alat komunikasi yang super canggih, tetapi kecanggihannya tidak digunakan hal yang produktif, tetapi untuk kepentingan style (gaya hidup) saja.
Keempat, kedewasaan, yaitu pertukaran budaya barat dengan melalui dilog dan pertukaran yang lebih seimbang. (2005, 110).


Baumgartner, Tom buckley, Metapower and the Structuring of Social Hierarchies”, (Beverly Hills, Sage, 1976)
Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada, 2008
en.wikipedia.org/wiki/Everett_Rogers
Litteljohn S.W, Theories of Human Communication. (California :Word Worth Publishing Company, 1989)
Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta, Rajawali Press, 2011)
Morissan, et al. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Ghalia Indonesia
Rakhmat, Jalaluddin. Islam Aktual (Bandung, Mizan, 1995)
Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung, Rosda Karya, 2002)
Rogers M. Everett, Diffusion of Innovation. New York, Free Press, 1995. dalam Morrisan Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Sasa Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi (Jakarta: UT, 2002)
Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media, 2005.

 Masukan dari audience:
Referensi tentang globalisasi : Buku Global paradox John Naisbit (punya bang iwan)
Sejarah globalisasi
Cari ayat ttg globalisasi = innallaha la yughairu. Kuntum khairu ummat
Solusi yg harus dilakukan : masukkan misal: harus memanfaatkan media  untuk mengglobalkan yg kita punya
  


 Hal penting yang harus diperhatikan



Globalisasi kebudayaan  memiliki karakter seperti air, yaitu mengalir dari atas ke bawah. Pada masyarakat yang kebudayaan lebih tinggi akan lebih mudah mengalirkan kebudayaannya pada masyarakat yang lebih rendah.

Budaya yg paling mudah diserap adalah budaya murahan (kulit) – faktor imitasi dan identifikasi. Misalnya gaya rambut, pakaian.
Mereka yang mudah terjangkit budaya murahan yang tak punya karakter/prinsip hidup (mudah terpengaruh). Cirinya memakai atau membeli berdasarkan fashion bukan function

Tidak ada komentar:

Posting Komentar