Oleh : Drs. Fahrul Rizal, M.Si
(Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN SU,
Saat ini sedang Menyelesaikan Studi Program S3 di Pps IAIN SU)
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar
bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki
oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam
alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada
dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran
dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Sesuatu dapat dikatakan telah membudaya jika telah dilakukan oleh orang
banyak dan dilakukan secara berulang-ulang.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world
culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya
dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada
awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa
lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan
globalisasi kebudayaan.
Pendukung Globalisasi
budaya
Cepat atau lambatnya terjadinya globalisasi kebudayaan, jika merujuk pada
teori difusi inovasi Evert Rogers ada empat faktor :
1. Inovasi;
Yaitu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap
baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru
oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide
yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
Rogers (1983, 165)
mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
a) keunggulan
relatif (relative advantage),
Keunggulan relatif
adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah
ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi,
prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif
dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat
inovasi tersebut dapat diadopsi.Contoh : Dalam pembelian handphone,
pengguna handphone akan mencari handphone yang lebih baik dari
yang ia gunakan sebelumnya. Misalnya dari penggunaan Nokia N97 berganti ke Blackberry.
b) kompatibilitas (compatibility),
Kompatibilitas adalah derajat dimana budaya baru yang dibawa dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu budaya asing tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku, maka budaya itu tidak dapat
diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan budaya yang sesuai (compatible).
Contoh : Dalam suku Badui dalam terdapat aturan untuk tidak menggunakan
teknologi dari luar, sehingga bentuk inovasi seperti alat-elektronik tidak
mereka adopsi karena tidak sesuai dengan norma sosial yang mereka miliki
c) kerumitan (complexity),
Kerumitan adalah derajat dimana suatu produk budaya dianggap sebagai suatu yang sulit untuk
dipahami dan digunakan. Beberapa produk budaya
tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh
pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti
oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Contoh : Masyarakat pengguna PC atau notebook terbiasa dengan
penggunaan Windows yang lebih mudah dibandingkan Linux, walaupun Linux memiliki
kelebihan dibandingkan Windows tetapi karena penggunaannya lebih rumit masih
sedikit orang yang menggunakan Linux
d) kemampuan diuji cobakan (trialability)
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu produk
budaya dapat diuji-coba batas tertentu.
Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan
lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi
sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Contoh : Produk Molto Ultra Sekali Bilas cepat diterima masyarakat karena
secara langsung dapat dibandingkan dengan produk-produk sejenis lainnya.
e) kemampuan diamati (observability).
Kemampuan untuk diamati
adalah derajat dimana hasil suatu produk budaya dapat terlihat oleh orang lain.
Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu produk budaya, semakin besar
kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji
cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka
semakin cepat kemungkinan produk budaya tersebut dapat diadopsi.
2. Saluran
komunikasi;
Tujuan komunikasi adalah
tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau
lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide
baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian
diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh:
a) partisipan komunikasi
Dari sisi partisipan
komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti
kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang
berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses globalisasi budaya.
Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi
terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut
partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh
karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul
karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
b) saluran komunikasi.
Saluran komunikasi juga
perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu
jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan
dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran
komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi
masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting
pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit
lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting
pada tahap persuasi.
3) saluran media masa
relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter
awal (early adopter) dibandingkan
dengan adopter akhir (late adopter);
4) saluran kosmopolit relatif lebih penting
dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
3. Jangka waktu;
Waktu
merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam
proses difusi, berpengaruh dalam hal :
(a) proses pengambilan keputusan inovasi,
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih
awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi,
(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam
sistem social (seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu
inovasi dalam periode waktu tertentu).
4. Sistem sosial
Difusi inovasi
terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau
kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers
(1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan
inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).
Struktur social adalah
susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan
stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga
menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan
seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial
masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam
suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa
sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial
dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri.
Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan
bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri
dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.
Norma adalah suatu
pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang
berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem
norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal
ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat
dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan
kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat)
dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi
tersebut.
“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh,
yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara
informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat
menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka)
berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentan) diikuti
oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion
leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang
berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain
untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang
ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah
adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar
terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya
pengetahuan tentang karakteristik strukstur sosial, norma dan orang kunci dalam
suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan
ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih
unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
Jenis Globalisasi Budaya
Jalaluddin Rakhmat menyebutkan ada 3 jenis produk budaya populer yang
mengglobal, yaitu :
Food (makanan). Orang tidak lagi hanya memakan makanan yang bersumber dari
di daerah atau negaranya. Berbagai jenis makanan yang berasal dari luar, dapat
dinikmati oleh seseorang di suatu negara. KFC asal Amerika, kebab asal Arab,
dimsum asal China dengan mudahnya dinikmati oleh penduduk kota Medan.
Globalisasi makanan pada satu sisi akan memanjakan para penikmat kuliner.
Tapi pada sisi lain akan merisaukan umat Islam. Karena produk makanan yang
telah mengglobal yang bersumber dari negara-negara bukan Islam sangat
memungkinkan tidak memenuhi persyaratan makanaan bagi umat Islam.
Fashion (mode). Saat ini ada
kota-kota di dunia yang menjadi penentu trend busana dunia. Penyebaran mode
pakaian, sepatu, tas dan lainnya didukung dengan saluran komunikasi yang
mendunia pula. Majalah mode dari Prancis Elle misalnya, telah menjadi
langganan banyak wanita asal Kwait dan Arab.
Demikian juga dengan jaringan televisi CNN yang disaksikan oleh pemirsa
di seluruh dunia yang menyiarkan trend mode di New York, Tokyo, Milan dan
kota-kota mode lainnya.
Bagi umat Islam globalisasi mode ini menjadi tantangan tersendiri, terutama
bagi muslimah. Pada satu sisi akan memperkaya khasanah mode, pada sisi lain
busa yang menjadi trend selalunya tidak memenuhi syarat menutup aurat yang
diwajibkan dalam Islam.
Fun (hiburan). Dunia hiburan saat ini telah menjadi bisnis internasional.
Film-film produksi Holiwood, tayangan di youtube kini ditonton hampir di
seluruh dunia. Game on line juga dimainkan oleh anak-anak dari berbagai belahan
dunia, dan banyak lagi jenis hiburan yang telah mendunia.
Seiring dengan semakin kerasnya arus globalisasi budaya, ternyata juga
membawa arus glokalisasi. Yaitu produk budaya luar yang dimodifikasi dengan khas lokal. Pada sisi makanan, kita
dapat menikmati Marelan Fried Chiken, Bakso Solo, sushi khas Indonesia, atau
tempe khas Jepang, reok gaya Malaysia dan lainnya.
Ciri
berkembangnya globalisasi kebudayaan
- Berkembangnya pertukaran kebudayaan
internasional.
- Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar
kebudayaannya.
- Berkembangnya turisme dan pariwisata.
- Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
- Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian,
film dan lain lain.
- Bertambah banyaknya event-event berskala
global, seperti Piala
Dunia FIFA.
- Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
- Meningkakan interaksi
budaya antar negara melalui perkembangan media massa
Dampak globalisasi
Dampak positif
globalisasi antara lain:
- Mudah memperoleh
informasi dan ilmu pengetahuan
- Mudah melakukan komunikasi
- Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
- Menumbuhkan sikap toleran
- Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
- Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif
globalisasi antara lain:
- Informasi yang tidak tersaring
- Perilaku konsumtif
- Membuat sikap
menutup diri, berpikir sempit
- Pemborosan
pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
- Mudah terpengaruh
oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
Menurut Hanners (dalam Sztompka), globalisasi budaya akan menimbulkan empat
kemungkinan:
Pertama, hegemonisasi budaya barat. Seluruh dunia akan menjadi copypaste gaya
hidup, ppola konsumsi, nilai dan norma serta gagasan serta keyakinan masyarakat
barat. Dalam keadaan seperti ini secara budaya lokal akan tergusur.
Ke dua, Kejenuhan. Secara perlahan masyarakat pinggiran akan menyerap
budaya barat, yang pada generasi tertentu budaya lokal akan lenyap.
Ke tiga, kerusakan budaya pribumi dan kerusakan budaya barat yang diterima.
Budaya barat yang diterima hanyalah budaya murahan. Penyebabnya adalah
masyarakat pribumi belum siap untuk menerima budaya barat yang canggih,
sementara selera mereka masih rendahan. Mislanya membeli alat komunikasi yang
super canggih, tetapi kecanggihannya tidak digunakan hal yang produktif, tetapi
untuk kepentingan style (gaya hidup) saja.
Keempat, kedewasaan, yaitu pertukaran budaya barat dengan melalui dilog dan
pertukaran yang lebih seimbang. (2005, 110).
Baumgartner, Tom buckley, Metapower and the Structuring of Social Hierarchies”, (Beverly
Hills, Sage, 1976)
Bungin,
Burhan, Sosiologi Komunikasi,
Jakarta: Kencana Prenada, 2008
en.wikipedia.org/wiki/Everett_Rogers
Litteljohn S.W,
Theories of Human Communication. (California :Word Worth Publishing
Company, 1989)
Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta,
Rajawali Press, 2011)
Morissan, et al. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Ghalia Indonesia
Rakhmat,
Jalaluddin. Islam Aktual (Bandung, Mizan, 1995)
Rakhmat, Psikologi
Komunikasi (Bandung ,
Rosda Karya, 2002)
Rogers M.
Everett, Diffusion of Innovation. New
York , Free Press, 1995. dalam Morrisan Teori
Komunikasi Massa .
Bogor : Ghalia Indonesia , 2010.
Sasa Djuarsa
Sendjaya, Teori Komunikasi (Jakarta : UT, 2002)
Sztompka,
Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta :
Prenada Media, 2005.
Masukan dari audience:
Referensi tentang globalisasi : Buku Global paradox John Naisbit (punya
bang iwan)
Sejarah globalisasi
Cari ayat ttg globalisasi = innallaha la yughairu. Kuntum khairu ummat
Solusi yg harus dilakukan : masukkan misal: harus memanfaatkan media untuk mengglobalkan yg kita punya
Hal penting yang harus diperhatikan
Globalisasi kebudayaan memiliki
karakter seperti air, yaitu mengalir dari atas ke bawah. Pada masyarakat yang
kebudayaan lebih tinggi akan lebih mudah mengalirkan kebudayaannya pada
masyarakat yang lebih rendah.
Budaya yg paling mudah diserap adalah budaya murahan (kulit) – faktor
imitasi dan identifikasi. Misalnya gaya rambut, pakaian.
Mereka yang mudah terjangkit budaya murahan yang tak punya karakter/prinsip
hidup (mudah terpengaruh). Cirinya memakai atau membeli berdasarkan fashion
bukan function
Tidak ada komentar:
Posting Komentar